Tuesday, June 16, 2015

(NONTON) Short Movie

Versi pendek karya Andres Muschietti ini jauh lebih seram daripada versi Guilermo Del Torro. Judulnya boleh pendek dan durasinya tidak lebih dari tiga menit.

Nampaknya manjangin film pendek jadi salah pilihan Hollywood yang mulai kehabisan ide. Ambil contoh Saw. Kini sudah seri ke tujuh. Dimana di seri ketujuh yang rilis 2010 ini diembel-embeli 3D. Banyak pihak yang terkejut dengan kesuksesan Saw, yang didapuk menjadi film horror-gore paling kuat sepanjang 10 tahun.

Fanbase Saw sudah tahu bahwa Saw merupakan pengembangan film berjudul sama dengan durasi 9 menit 30 detik! Bayangkan, dari cuma 9,5 menit, berkembang menjadi 540 menit (dengan asumsi 1 seri = 90 menit). Materi asli ini disebut Saw 0,5.
Bagi yang belum nonton Saw. Ini film genre gore atau slasher. Dimana inti ceritanya adalah tokoh Jigsaw yang suka menyiksa orang dengan alat siksaan yang susah dimasukkan dalam akal sehat. Jalan cerita yang sebenarnya tidak menentu dan menjual kesadisan serta banjir darah. HOAKK….!!
Buat saya si nonton Saw sudah berhasil   memperkosa rasa kemanusiaan, batin seolah terkoyak. Yah emang orang lain tidak akan pernah mengerti dan tahu apa rasanya pahit, walau mereka selalu berkata kaya orang yang paling tahu dan mengerti. Bagi saya Saw mampu menampar mereka yang suka sok tahu… yang pada akhirnya hanya bisa diam. Dalam artian mati.
Jangan lupakan “Katasumi” atau “In A Corner”.  Film yang disutradarai oleh Takashi Shimizu adalah debut kemunculan pertama kali hantu Kayako yang legendaris itu. Jadi saya pun berkesimpulan bahwa seri Ju-On juga berawal dari film pendek. Dimana dalam  Ju-On sangat tenang, sepi tak banyak scoring tapi itulah letak keseraman film ini. Penampakan  Kayako, Toshio yang hanya dibalut muka putih diletakkan pas oleh Shimizu sehingga membuat film ini film horror Jepang terseram.
Pekerjaan yang tidak mudah. Layaknya seorang gamer harus mampu mencari formula yang tepat antara kompleksitas perangkat dan setting. Pengadaptasian film pendek menjadi film panjang harus dicari formula yang tepat antara sisi psikis maupun fisik.
Sang sutradara harus mampu menghadirkan sesuatu yang kokoh, meyakinkan serta memuaskan.  Film pendek mempunyai cerita yang tegas, kuat karena langsung kepada poinnya. Sehingga naskah menjadi penting dalam hal ini. Sang sutradara harus percaya diri. Namun jangan berlebihan. Menghadapi sesuatu yang berlebihan malah bikin capek kan?
Cekdiot!! Banyak yang harus maksimalkan agar kinerjanya makin sempurna. Seperti budget kaya kesuksesan District 9. Dengan dana kurang dari $40 juta film tersebut berhasil meraup pendapatan kotor lebih dari 6 kali lipat biaya produksi. Film pengembangan dari film pendek berjudul Alive in Joburg  (2005) yang disutradarai oleh Neill Blomkamp dan diproduseri Sharlto Copley.
Selain itu ada pemilihan pemain serta lain-lain yang perlu diperlukan dalam film. Jangan ketinggalan, fanbase dari film asli yang notabene juga akan menjadi penentu film tersebut.
Dari dalam negeri saya suka Siksa Kubur. Joko Anwar mampu menghadirkan silent terror yang membuat saya menekan tombol pause. Dan masih banyak ratusan ide film pendek yang layak di perlakukan sebagai pilot project. Daripada melulu menghadirkan kuntil, pocong, dada dan paha serta humor yang (maunya) lucu.

Sedangkan dari genre cinta-cintaan (hialah preet) saya masih belum nemu film yang mampu ngebuat saya termehek-mehek. Kalau udah urusan sayang-sayangan sebenarnya saya paling malas nulisnya. Tapi liat postingan awal-awal blog saya. Buahaha makan omongan sendiri. Daripada panjang lebar, saya punya beberapa referensi film pendek rasa cinta (gombal).

Lavatory, Lovestory (2007). Film nominasi Oscar kategori Best Animated Short Film ini bercerita tentang cinta yang datang tanpa pernah kita sangka-sangka. Love is always close to you, you have to be able to see it. 
Ketika cinta menghampiri rasanya bertaman-taman. Perasaan 1000 kali lipat dari berbunga-bunga.
Kedua, I’m Here. Oke, maksa karena yang ini robot. Yap, cinta pertama saya adalah robot gundam versi OO yang hanya bias saya lihat di tipi. Haha oke lupakan..
Spike Jonze sukses mengiris-ngiris hati dalam filmnya ini. Tema cinta tidak akan pernah habis-habisnya. Tak peduli seberapa klisenya tema tersebut. Cerita cinta konvensional, pria wanita bertemu lalu jatuh cinta. Tentang pahit manisnya cinta serta arti sebuah pengorbanan tanpa batas bagi orang yang kita sayangi. Cerita cinta dua robot humanoid yang hidup dalam dunia dimana manusia dan robot hidup berdampingan.
Sheldon yang diperankan oleh Spiderman eh maksudnya Andrew Garfield bertemu dengan Francesca dimainkan oleh Sienna Guillory. Karakter keduanya yang bertolak belakang. Dimana Sheldon terkesan pendiam sementara Francesca yang menyenangkan namun juga sangat ceroboh.
Selama 30 menit, kita akan dibawa melihat kisah cinta normal dari kehidupan unik yang manis namun menyentuh.
Settingnya sederhana, adem dilihat dan yang penting itu robot yang main (ketawa setan). Endingnya pun bias ditebak tapi film ini enak banget buat ditonton meski temanya cinta -.-. Enjoy the short ro-bo-mantic tale!

Lanjut, cintanya para pemalu. Post-It Love. Suka dengan teman sekantor itu bagaimana cara menyatakannya itu yang harus dipikirkan.

Selama 3 menit 2 detik ini, kita melihat sepasang rekan kantor yang tertarik satu sama lain. Pembicaraan mereka pun dimulai melalui rangkaian Post-It yang dibentuk menjadi gambar.
Digambarkan dengan sederhana. Kadang cinta dimulai sesederhana saling pandang. Mata ketemu mata, rasanya aja udah bahagia banget apalagi kalau direspon *kedip-kedip
Dengan kata lain, berjuta rasanya kalau kata lagu. Well, serius sayangin orang yang sekarang ada disebelah lo, berikan yang terbaik buat dia, karena lo ngga akan pernah tahu kapan cinta juga akan pergi meninggalkan kita. *kenapa jadi lo gue -___-"
Serius, sekali-sekali dengarkan apa yang dibisikkan hati, sebelum nanti malah menyesal karena pernah menghiraukan hati. Ah sudahlah, biasanya kalau sudah ngomong soal cinta, saya pun ujung-ujungnya curhat, ha-ha-ha!! jadi lebih baik saya ngacir sekarang, sebelum mulai nulis yang tidak-tidak. Enjoy!
(gal)

No comments:

Post a Comment