Friday, October 9, 2015

Jelajah Gua Petruk

Halo, saya Galih. 

Waktu pemerintah Jawa Tengah ngumumin lomba blog Visit Jawa Tengah 2015 dengan tema wisata minat khusus, saya bingung. Pengin ikut tapi apa ya yang mau ditulis? Kebetulan ini udah bulan Oktober ya, temanya kan Hallowen serem-serem gitu. Kita main gelap-gelapan aja yuuuk.. 

Jadi saya main lagi ke gua. Kali ini Gua Petruk. Di daerah Kebumen, Jawa Tengah.Ga jauh dari Gua Jatijajar di Kecamatan Ayah. Gua Petruk ini khusus banget buat yang pengin petualangan, basah-basahan dan keluar keringat.


Ga jauh dari Gua Jatijajar di Kecamatan Ayah. Gua Petruk ini khusus banget buat yang pengin petualangan, basah-basahan dan keluar keringat. 



Bekal untuk masuk ke gua ini cukup kaos lengan panjang, sandal gunung (kalau sandal cantik/ jepit pasti putus), air minum dan siap basah-basahan. Komplek Gua Petruk sepi waktu saya sampai. Hanya ada dua sepeda motor. Sebelumnya saya sudah pernah ke Gua Petruk bareng IBU (hahaha), dan itu Cuma sampai 350 meter. Karena kali destinationnya adalah Batu Payudara, yang artinya harus masuk 750 ke dalam. 750 meter itu batas masuk pengunjung dengan pakaian biasa. Artinya tanpa peralatan macam sepatu boot, pakaian anti air dan perlengkapan jelajah gua lainnya. Lebih dari 750 meter, peralatan yang dibawa harus lengkap.


Sebelum sampai mulut gua, jalannya nanjak banget. Tapi ada anak tangganya kok. Komplek Gua Petruk ini deket banget sama pemukiman penduduk. Jadi 100 meter dari pintu masuk, bakal ketemu bocah-bocah kecil lagi mainan, ibu-ibu yang lagi nyuci, sama truk milik pemerintah yang lagi ngisi air buat kebutuhan penduduk. Kebetulan bulan ini lagi kemarau panjang. Dan air yang mengalir dari Gua Petruk dimanfaatin buat kepentingan penduduk.




Sampai di mulut gua, saya capek lho. Jalannya lumayan. Waaaaw mulut guanya lebar banget. Masuk ke dalam kita langsung disambut bau guano (kotoran kelelawar). Di bagian dalam sebelah kanan, sungai bawah tanah mengalir deras. Dikira sepi di dalem, ternyata ada seorang bapak yang tinggal di sekitar komplek gua, sedang mengumpulkan guano. 

Jadi 350 meter pertama, lokasi pertama adalah aula gua yang besar banget. Di langit-langit gua yang tinggi, kelelawar yang mungkin jumlahnya ratusan pada bergantungan. Sementara di bawahnya, lantai gua jadi lembek penuh guano. Karena banyak makhluk hidup disitu jadi hawanya pengap dan panas. Ga mengganggu banget si kalau buat saya baunya. Menyengat iya, tapi yang jelas jadi panas. Sumuk kalau orang jawa bilang. 

di sebelah kanan aula itulah tempat stalaktit yang kita tuju. Manjat dulu tapi, lumayan curam jadi hati-hati ya. Di lokasi itu ada batu layon (mayat), batu buaya, batu ayam telur, batu graham, sendang katak. 



batuan ini bisa ditemuin di sebelah kanan komplek aula besar di 350 meter awal


penerangan seadanya, hanya dibantu senter dan petromaks

vandalisme yang ditemuin di dalam gua


Maaf ya fotonya gelap dan seadanya, karena hanya berbekal lampu petromaks dan senter. Kalau datang di hari minggu, gua bakal lebih terang karena listrik dinyalakan. Listrik itu hanya sampai komplek 350 meter. Masuk ke dalam lagi, semua tergantung petromaks dan senter. 

Lanjut ke dalam, udaranya lebih dingin. Karena kelelawar kebanyakan memenuhi komplek 350. Hanya sedikit yang berada di dalam. 

Semakin ke dalam semakin banyak batuan yang dilalui. Beberapa kali, harus menyeberangi sungai bawah tanah yang airnya dingin. Kepala merunduk jangan sampai kejedot stalagmit. Kaki harus menapak dengan mantap supaya tidak terperosok batu. Kalau masalah licin si tidak. Karena di dalam gua tidak terkena sinar matahari jadi tidak ada lumut yang tumbuh. Cuma hati-hati saja dengan batuan di lantai gua. 

Semakin ke dalam semakin berdecak kagum. Saya melewati sendang yang bentuknya mirip terasering. Berundak-undak. Waktu yang saya habiskan sekitar 1,5 jam. 

 nyebrang sungai bawah tanah



taman gajah, karena batuannya mirip belalai gajah


 
sendang yang bentuknya mirip terasering








fnally, batu payudara. bentuknya (maaf) mirip payudara



Satu setengah jam saya berpetualang, basah-basahan, tidak takut kotor, belajar IPA sekaligus geografi. Satu setengah jam saya mendapat pengalaman yang unik dan tentunya berkualitas. 

Selera wisatawan, bukan cuma saya, sekarang ini pengin cari sesuatu yang baru, yang khusus, yang hanya di tempat itu bisa saya dapat. Selera macam ini yang perlu ditampung oleh pemerintah. 

Saya dan teman-teman saya (kami wisatawan domestik, yes), senang sekali kalau harus datang ke tempat yang bersentuhan langsung dengan alam. Tidak mengapa kami basah, kotor-kotoran. Tapi piknik kami bukan lagi piknik cantik yang datang, foto-foto sekedarnya, beli oleh-oleh. Kami ingin dapat sesutau yang bisa kami share di media sosial, eksis di instagram, cerita ke kawan lain kemudian datang lagi untuk merasakan nikmatnya, tulis di blog. Bisa dibilang, wisatawan saat ini berani membayar dengan harga mahal untuk kualitas pengalaman yang diperoleh dari wisata. 

Memang, caving memerlukan kondisi tubuh yang prima, karena medannya bukan medan datar. Juga dibutuhkan peralatan penelusuran yang memadai serta biaya yang tinggi. Padahal wisata gua mampu memberikan keindahan, keunikan dan kebudayaan. Serta nilai jual yang tinggi. Wisatawan bisa menikmati semuanya denga menjelajah gua. 

Potensi gua ini perlu mendapat perhatian besar dari pemerintah. Dengan  wisata petualangan penelusuran guasebagai obyek dan daya tarik pariwisatasangat besar potensinya untuk menarikwisatawan domestikjuga luar negeri untuk mengunjungigua-gua yang dijadikan sebagai obyekpariwisata. Pemandu saya juga cerita kalau Gua Petruk ini sering dikunjungi bule-bule, mahasiswa dan para pecinta alam dengan banyak tujuan. Umumnya tujuan ilmiah. 

Keberadaan pengelola ini menjadi penting sebagai pengawas juga menjaga. Saya cerita di awal kalau Gua Petruk dimanfaatkan airnya oleh penduduk, juga kegiatan penelusuran gua oleh akademisi kebanyakan. Agar seimbang. Tidak menutup kemungkinan, tanpa ada pengelolaan yang jelas resiko kerusakan malah bakal mengancam. Gua bisa dibilang museum alami akanrusak kalau pengelola mengesampingkan konservasi. 

Gua harus dikaji lebih dulu komponen yang dimiliki apakah sesuai untuk tujuan pariwisata. Gua Petruk dan Gua Barat (salah satu gua alami yang membutuhkan peralatan lengkap untuk penelusurannya) tentu memiliki daya tarik yang berbeda. Ornamen di dalamnya berbeda, bentuk muka guanya berbeda, dan target wisatanya juga berbeda. letak gua yang berada di komplekpemukiman penduduk juga akan mempengaruhi dalam tujuannya untuk pariwisata. 

Gua yang terletak di dekat pemukiman penduduk juga akan mendatangkan dampak dalam kehidupan penduduknya. Penduduk yang terlibat langsung ataupun tidak, juga akan mempengaruhi kelancaran pengembangan gua sebagai objek wisata minat khusus. Keduanya bersimbiosis mutualisme. Dosen saya pernah berkata keterlibatan masyarakat didalam wisata minat khusus penelusuran gua dapat berupa keterlibatan yang termasuk dalam sistem pengembangan komunitas atau sering disebut sebagai community development.

Semoga dalam pengembangannya nanti, gua menjadi salah satu objek wisata minat khusus yang mampu dikunjungi banyak kalangan juga dengan harga yang terjangkau. Saya pernah baca (lupa sumbernya), jadi katanya Gua Petruk ini gua terindah di Nusantara. Cocoook, pantes banget. Banyak orang yang harus tahu keindahan dalam gua Petruk. 

Buat yang mau ngerasain feelnya dikit, bisa intip video yang dibuat mas partner di bawah ini. Jangan lupa subscribe yak



Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah Periode 5 ( 14 September - 10 Oktober 2015 dengan tema  Wisata Minat Khusus