Wednesday, October 5, 2016

(NONTON) Train to Busan, Zombie Sopan

Zombies
Love them or hate them? 
Love them


Bagi saya, mufi bertema zombie terdiri dari dua jenis. Bagus banget dan abu-abu.Tidak ada mufi zombie yang jelek banget, karena sejelek-jeleknya zombie, saya menikmatinya. 


Train to Busan, hypenya gede banget. Dari laman korean news, Train to Busan adalah film zombie (resmi) pertama Korsel? Kenapa tanda tanya, karena kalian harus nonton The Wailing. 

Awalnya ga ada niatan nonton. Tapi karena diajakin Tila & Nova ngiyain aja ajakannya. Ini anak berdua tumbenan banget. Biasanya yang satu mau kalo udah dipaksa, sementara satunya udah pasti ga mau. Tapi kok ini dengan sukarela menyerahkan diri. 

Cerita dimulai dengan seorang pengendara truk yang menabrak seekor rusa. Namun rusa itu hidup kembali. Yaaang mirip adegan di Scouts Guide to The Zombie Apocalypse


Seorang ayah dan putrinya pergi ke Busan mengunjungi mantan istrinya di Busan. Sook-Wo awalnya ogah-ogahan karena hubungan yang buruk dengan mantan istrinya. Sementara Soo-an, putrinya terus menerus memmintanya. Perjalanan mereka sempat terhenti di jalan, karena sobangcha (pemadam kebakaran) yang lewat. Sepertinya terjadi kebakaran besar. 

Sampai di stasiun, mereka masuk ke dalam kereta. Sook-Wo yang lelah langsung tertidur di kereta. Sementara Soo-an sempat melihat petugas stasiun yang ditubruk oleh seseorang. 

Tidak ada yang mengira kalau kereta yang mereka tumpangi, dimasuki oleh seorang perempuan yang terlihat luka-luka. Perempuan tersebut menggeliat-geliat kesakitan di lorong kereta. Bekas gigitan dan urat-urat yang keluar memperlihatkan perempuan itu tengah berjuang melawan sesuatu dalam dirinya. Seorang petugas kereta yang melihatnya berusaha menolong. Mengira perempuan itu tidak tertolong, petugas kereta api yang berusaha menghubungi rekannya malah diterkam dari belakang. Kedua orang yang terinfeksi itupun masuk ke dalam gerbong lain. Otomatis banyak korban yang berjatuhan dan populasi zombie di kereta semakin banyak. 

Sook-wo yang terbangun dari tidurnya mendapati putrinya tidak ada di sebelahnya. Mancari ke berbagai toilet, ternyata kosong. Dalam gerbong yang penuh zombie, Sook-wo melihat putrinya terperangkap. Segera Sook-Wo menggendong Soo-an, mencari gerbong yang kosong. 



Zombie


Train to Busan tidak menyebut langsung para manusia yang berubah sebagai zombie. Zombie disini termasuk jenis zombie pelari cepat yang peka terhadap cahaya dan suara. Kelemahannya tidak bisa melihat dalam keadaan gelap dan terlalu sopan. Terlalu bersih dan cantik. Hihihi.. Disini, kita gak bisa nemuin potongan tubuh, usus terburai atau kepala pecah. Para zombie Train to Busan, sepertinya punya target sendiri. Mereka hanya mengejar manusia yang masih normal. Setelah merubah korbannya, terus ditinggal. Udah. Mereka tidak tampak zombie normal (?) pada umumnya yang mencari otak manusia untuk konsumsi mereka. 


Tokoh


Disini ada beberapa tokoh utama yaitu ayah dan anak, sepasang nenek-nenek, sepasang suami istri, sepasang anak sekolah, gelandangan dan satu tokoh antagonis yang yang sangat manusiawi. Train to Busan tidak memberikan ruang yang banyak bagi masing-masing karakter untuk mengenalkan diri kepada penonton. Kita dibawa untuk mengenal dan memahami karakternya melalui dialog dan hubungan antar tokoh. 
Satu tokoh yang menarik adalah CEO perusahaan transportasi yang sejak awal terlihat seperti bapak-bapak biasa namun ketika mengetahui adda ancaman yang datang berubah menjadi orang yang egois. Melalui konfliknya dengan para tokoh lain, bapak antagonis ini terlihat menghalalkan segala cara untuk dapat selamat. Namun, dibalik keegoisannya ada hal yang sebenarnya banyak dialami oleh manusia di dunia ini. Jika terkait dengan keluarga, maka kita akan mengorbankan apapun untuk dapat bertemu dengan mereka. Meski akhirnya, bapak antagonis ini juga terinfeksi virus zombie. 



Original Scene


Saking banyaknya mufi bertema zombie, kita terkadang familiar dengan beberapa scene. Deja vu ini saya rasakan di beberapa scene Train to Busan. Serangan zombie di stasiun mirip dengan World War Z. Adanya tokoh ibu hamil juga hampir memiliki konflik yang sama dengan salah satu komik bergenre zombie, I am Hero. 



Sebelumnya dalam The Wailing, saya mengatakan jika kalian sabar akan menemukan kejutan yang menyenangkan disana. The Wailing dan Train to Busan, keduanya rilis dalam waktu yang berdekatan. Keduanya juga sama-sama mendapat respon yang sangat baik dari penonton. Keduanya seperti karyawan cantik dan calon kakak ipar.

Mengapa?

Karena keduanya butuh pengakuan. Sama dengan keberadaan zombie dalam kedua mufi ini.

Dalam setiap kantor, pasti ada salah satu karyawan yang menonjol dari segi fisik dibandingkan yang lain.  Karyawan ini kemudian disebut karyawan cantik oleh yang lainnya. Kesimpulan ini didukung berdasarkan fakta bahwa kecantikannya diakui oleh karyawan lain. Jadi bukan sekedar dugaan atau hipotesis.

Dalam Train to Busan, hal serupa terjadi. Keberadaan zombie yang secara kasat mata diakui oleh penonton dan didukung dengan pernyataan si sutradara. Penonton bisa dengan mudah melihat bagaimana seseorang dalam kereta tersebut digigit kemudian berubah menjadi zombie.

Sementara, The Wailing senasib dengan calon kakak ipar. Calon kakak ipar diakui keberadaanya oleh keluarga calon iparnya. Sementara orang lain tidak serta merta berpikir bahwa si orang itu adalah calon ipar keluarga tersebut. Karena hal pribadi masing-masing keluarga tidak harus diumbar ke publik.

Keberadaan zombie dalam The Wailing tidak terlihat secara gamblang seperti Train to Busan. Ketika sudah berjalan, keberadaan mayat hidup berjalan ini baru disadari. Meski perubahannya melibatkan unsur supranatural yang berbeda 180 derajat dengan Train to Busan. Ketika si mayat hidup ini keluar, baru ahhhh ternyata.  




Galih

No comments:

Post a Comment