Saturday, July 4, 2015

Tangannya Jangan Jahil, Dong!



Gimana perasannya liat foto di atas?  
Sebel, empet, enek. Foto di atas saya ambil ketika mengunjungi objek wisata Benteng Pendem di Kabupaten Cilacap.  Ruangan di atas adalah terowongan yang digunakan di zaman Belanda. 

Oke, saya mau cerita dulu. Saya (Galih) dan Asta main kesana sekitar akhir tahun kemarin. Benteng Pendem digunakan sebagai zona pertahanan militer Belanda di wilayah selatan Pulau Jawa sampai tahun 1942. Benteng deket Teluk Penyu ini dibangun sejak tahun 1861 hingga 1879. Berhadap-hadapan dengan Alcatraznya pulau Jawa yaitu Nusakambangan. 


Kata petugas yang kita temui, penggalian benteng ini dilakukan tahun 1986. Di dalamnya banyak ruangan seperti barak, benteng pertahanan, klinik, penjara, gudang senjata, gudang mesiu, dapur, ruang perwira dan ruang peluru. Namanya “pendem” yang artinya terpendam mungkin karena bangunan ini berada di dalam tanah sedalam 3,5 m. Orang Belanda nyebutnya Kustbatterij op de Landtong te Cilacap atau benteng yang ada di atas tanah dan menjorok ke laut seperti lidah. 

Setelah bayar karcis, beuuuuuuh gede banget. Luaaaaas. Sekitar 6,5 hektar bok. Tiba-tiba dejavu kayak nonton film Sound of Music. Kita disambut kali. Eh bukan, mosok di dalem benteng ada kali. Parit namanya, sekitar 3 meter dalamnya. Di dekat parit ada taman bermain lengkap dengan ayunan, jungkat jungkit dan patung-patung dinosaurus. 
 
And I know you’re jealous staring at my happy face
Melewati taman, ruang barak menyambut saya. Horor, iya. Barak ini berderet panjang, dingin, lembab dan khas bau bangunan lama. Kata petugas pemandu, satu ruangan bisa menampung sekitar 30 orang. Lantainya dari semen dan tanpa pintu. 
Ruang Barak
Dari barak, jalan lurus kemudian ketemu kayak dua peluru gede jejeran. Ternyata itu pintu gerbang utama. Zaman dulu katanya menghadap laut gitu. Sekarang hadap-hadapan sama gedung Pertamina. Di situ ada meriam raksasa.  Kenang-kenangan dari tentara marinir Indonesia waktu latihan perang. Di kanan, ada tempat untuk mengintai musuh. Di kiri ada terowongan. Panjangnya sekitar 50 meter. Tapi kerendem air waktu kita kesana. Fungsinya sebagai tempat pengiriman senjata dan penyelamatan tentara Belanda melalui bawah tanah menuju laut. Juga  ada ruang penjara untuk mengeksekusi tahanan. Keliatan banget horornya. 
 
Tampak samping gerbang utama. Dulu gerbang ini menghadap laut, sekarang hadap-hadapan sama gedung Pertamina

Maafken foto yang jelek ini.

Bagian dari terowongan. Kelihatan kalau lagi kerendem air.

Tampak dalam terowongan

Kalau ini depannya
Terus ada rangkaian bangunan. Tiga ruang penjara, satu ruang senjata. Yang ini juga horor banget. Saya ngga berani masuk. Mau foto di depannya juga merinding gitu. kalau nggak salah di tivi pernah ada acara uji nyali gitu di sini. 

Deretan ruang penjara dan amunisi
Pak petugas cerita kalau di dalam penjara ada lingkar besi yang menempel dinding. Gunanya untuk memborgol tahanan dengan posisi tangan terbentang, atau bahkan lebih ekstrim lagi dengan kaki terbentang pula. Terus ruang penjara ini dilengkapi sistim pendingin dengan cara direndam. 
Jalan naik ke atas
Di depan ruang penjara itu ada gundukan. Pas kita naik, widih pemandangannya bagus. Disitu ada satu benteng yang dibangun Jepang. Kan tadi udah cerita kalau tahun 1942 Jepang mengambil alih posisi Belanda. Benteng baru dari Jepang ini dipakai jadi tempat perlindungan tentara. Di dalamnya ada 7 ruang. Yang terlihat dari atas adalah sebuah lubang besi yang berfungsi sebagai tempat ventilasi, terletak tegak lurus sekitar 3 m ke bawah tanah.
 
Asta lagi turun dari landasan meriam



Landasan meriam
Ada beberapa ruang yang dipakai sebagai klinik. Juga di seberang klinik ada tanah kosong yang kini dipakai sebagai taman. Disini ada beberapa rombongan ibu dan anak. Naik ke atas ada makan tua di bawah pohon. Konon ceritanya (horor amat) makam itu milik Sekar Wulung dan Ibu Nyai Sekar Jagad yang merupakan tokoh penyebar agama Islam bercampur Kejawen.

Taman depan ruang klinik

Balik ke awal, di terowongan sebelah kiri pintu utama tadi, banyak sekali coretan nggak penting. Entah siapa yang nyoret. Semisal itu tulisan orang Belanda jaman dahulu juga nggak mungkin. 
Iiih gemeeees banget sama yang coret-coret begitu. Ini tulisannya udah asal-asalan, nggak ada seninya, nggak memicu pemikiran di kepala orang yang melihatnya dan DI TEMPAT YANG SALAH. Benteng Pendem ini kan tempat wisata bersejarah, yang bisa jadi pengingat generasi sekarang bahwa bangsa ini pernah dijajah juga sebagai saksi perjuangan. Coret-coretan nggak penting ini harus dapat tindakan yang jelas. 
Ketika saya ke Curug Cipendok, juga menemukan tulisan alay macam ini.
 
yaelah, kalo situ suka sama orang si ngomong aja kali. Gak usah nulis nulis di batu. Kita bodo amat sama kisah cinta kalian tapi ini nulis di objek wisata dimana orang lain juga punya HAK untuk menikmati tanpa diganggu pemandangan macam ini.
Pak Pemandu juga sudah pusing bukan kepalang sama tangan-tangan jahil ini. Kami sempat mengusulkan agar setiap pengunjung yang masuk diperiksa tasnya dan dicatat apa yang mereka bawa. Juga pengunjung mengisi data-data juga nomor hape. Tujuannya minimal buat mencegah aksi corat coret macam itu. 
Pak Petugas juga mengiyakan. “Inginnya begitu mba, di loket harusnya ada meja pemeriksaan. Nggak Cuma disini ya, tapi di semua objek wisata,” ucapnya. 

Dua petugas yang kami lupa namanya :D
Dia juga menambahkan, meski objek wisata ini juga dicari keuntungan. Tapi juga semua yang terlibat baik petugas dan pengunjung juga WAJIB menjaga kebersihan, tanpa corat coret. Setidaknya ada batasan orang yang datang tiap harinya. Bukannya mencegah orang berkunjung, tapi akan lebih menyenangkan jika masyarakat juga belajar antre dan sabar. 
Korelasinya gini, pacar yang bersih, wangi, perhatian dan ramah pasti bikin lebih cinta (pacar mana pacaaar). Ketimbang pacar yang slengean, cuek, sembarangan, gak perhatian dan susah kalo diomongin. Atau coba bandingkan dalam satu waktu ada 2000 orang yang berkunjung dalam waktu yang bersamaan, masalah sampah dan corat coret akan lebih sulit dicegah. Jumlah petugas yang berpatroli nggak sebanding dengan pengunjung yang datang. Atau dalam satu waktu dibatasi 200 orang yang datang. Petugas akan lebih mudah mendata dan mengawasi. Satu petugas tidak kelabakan mengawasi beberapa orang. Tentunya jalan-jalan dan belajar di tempat wisata bersejarah akan lebih nyaman. Karena bersih dan nyaman, masyarakat kan datang dan datang lagi. Otomatis tanpa harus disuruh, karena sudah bersih dan nyaman, orang-orang yang jahil akan sungkan untuk mengotori lagi. 

Huft... maaf ya jadi emosi nulisnya. Anyway meski tulisan ini saya ikutkan dalam lomba blog Visit Jawa Tengah 2015, semoga vandalisme tidak terulang lagi. Dimanapun dan kapanpun. Tengkyu gaes,, happy reading.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Visit Jawa Tengah Periode 1 Juni - 4 Juli 2015 dengan tema Cinta (Wisata) Jawa Tengah
Banyumas, 4 Juli 2015

1 comment:

  1. Dulu aku udah sampai Nusa Kambangan tapi belum mampir sini :(

    ReplyDelete