Thursday, June 18, 2015

(JAJAN) Mini Café ALDENTE



Hai, sebelum memulai review kali ini, ada hal yang perlu disampaikan. Blog ini dikelola oleh dua orang: saya, Tila, dan sahabat saya, Galih a.k.a. mas Dono. Emmmm.. kita berdua perempuan. Jadi setiap artikel yang diposting bisa merupakan review gabungan kita berdua atau review sendiri-sendiri. Mas dono, nanti kita adakan postingan khusus perkenalan yaaa.. Enjoy guys! ^.^
Kemarin, saya dan  Galih, berniat jajan di hari terakhir sebelum puasa. Sebenernya gak perlu nunggu puasa pun kita hobi jajan, hari terakhir puasa cuma alasan yang diada-adain saja, begituuu. Galih datang menjemput dengan baju overall merah dan kerudung merah, yang mengingatkan saya pada tungau (tengu dalam bahasa Jawa) dan kemudian beliau memainkan drama yang berjudul Hp ketinggalan sehingga harus pulang ambil Hp (fyi, dia memang tipe anak kekinian yang otak hanya bisa jalan klo pegang hape). Sesudah drama tersebut tamat, kita cuss keluar menuju ke tempat yang memang sebelumnya sudah disepakati, Mini Café Aldente.
Mini Café Aldente beralamat di Jl. Brigjend Encung, Purwokerto (untuk nomor dan RT RW-nya belum sempet ditanyakan, semoga mas Dono bisa menambahkan). Bagi anak gaul Purwokerto pasti paham, lokasinya ada di depan gerbang perumahan Griya Satria (??), depan café Obamb, berdempetan dengan Sawung Mas. Mini Café Aldente buka mulai jam 12.30 untuk weekday dan buka juga di weekend. Jam buka Aldente bisa dibilang cukup siang untuk ukuran saya dan Galih yang hasrat jajan selalu datang sebelum jam 9 pagi. Tapi mungkin itulah yang membedakan mini Café dan warteg.
Tempatnya sebenernya tidak terlalu luas, tipikal kafe kecil (café baru buka). Justru karena ukurannya yang mungil menyebabkan kesan ‘crowded’ bisa dibuang jauh-jauh. Untuk ukuran café mini, Aldente cukup cozy buat temen-temen yang memang doyan kongkow. Interior di dalemnya bagus, dominasi warna merah maroon dan kursi meja dengan warna natural coklat kayu yang memberikan kesan hangat. Yang menarik perhatian saya, ketika pertama kali masuk adalah hiasan tembok yang terbuat dari sulaman kain. Satu bagian tembok dipenuhi dengan berbagai sulaman kain yang belum dilepas dari pembidangnya. 
Cantik sekali!!
 Hanya saja peletakan LCD TV di bagian tembok, sangat mengganggu pemandangan. Bagian tembok lain ada yang dipenuhi dengan kaset tape yang memberikan kesan vintage, tetapi masih belum bisa menarik perhatian saya (yang masih kesel sama LCD TV). Hal lain yang cukup kreatif adalah penggunaan parutan besi yang dipakai sebagai kap lampu dilangit-langit. Kok ya kepikiraaaann gitu pake parutan.


Menu di Aldente sebenarnya standar café yang menunya gak jauh-jauh dari pasta, toast, pancake dan beberapa beverages seperti shake dan softdrink punch. Yang agak nyleneh adalah eksistensi dimsum di buku menu. Entah karena namanya Aldente sehingga saya mengharapkan lebih banyak variasi pastanya, tapi ternyata variasi dimsumnya lebih buanyaaakk pemirsaaahh.. Jadi saya sempet bingung sendiri. Rasanya sangat bertentangan dengan hati nurani ketika saya ke tempat makan yang namanya amat sangat Italia, tapi pesennya dimsum.. krik krik krik.

Akhirnya saya memutuskan pesen pasta Bolognaise dan Galih pesen pasta Alfredo. Untuk minumannya saya hanya memesan air es saja. Galih yang penasaran memesan minuman warna merah dengan lemon dan hiasan strawberry diatasnya (kamu pesen apa sih lih? Lupa aku). 

Selain itu kita juga memesan kue cubit (biar kekinian). Yang sebenarnya kue cubit ini malah bisa jadi signature dish dari Aldente. Soalnya di tempat lain di Purwokerto belum nemu yang menyajikan kue cubit. Paling pol kue cubit depan esde.
Minuman datang cukup cepat, kemudian disusul oleh kue cubit. Tapi harus menunggu es batu meleleh dan kue cubit abis dulu baru makanan kita datang. Jadi buat temen-temen sebaiknya jangan datang dalam keadaan kelaparan, karena hampir 45 menit kita menunggu hanya buat dua menu pasta. Dua lho ya duaaaa. Apa kabar kalo kita dateng berlima, bisa sampe Prabowo balikan lagi sama mantannya, pesenan baru dateng.

Kue cubit original yang kita pesan dibuat setengah matang, untuk toppingnya saya pilih milo bubuk dan frooty loops. Kue cubitnya sendiri tidak terlalu istimewa, entah untuk rasa lain, karena ada berbagai rasa, termasuk green tea yang lagi ngehits dimana-mana. Taburan milo bubuk pun tidak menambah keistimewaan kue cubit saya, karena ditaburkan seadanya, bubuk milo terkumpul semua ditengah. Harusnya ya merata gitu di semua permuakaan si kue cubit. Jadi waktu sampai di meja pelanggan, udah kaku aja itu si bubuk milo. Froot loops itu sejenis sereal berbentuk donut mini warna-warni dengan berbagai macam rasa buah. Kue cubit topping froot loops juga biasa saja, Galih bilang froot loops’nya melempem. Tapi ya dimaklumi karena terkena adonan panas pasti sereal bakal melempem. Walaupun makan dengan mulut penuh kritik, tapi tetap saja langsung abis begitu kue cubitnya dateng.
Cubit Froot Loops
Kemudian pesanan datang, jeeng jeeeenngg.. pasta Bolognaise yang seperti saya bayangkan sebelumnya. Tipikal pasta Bolognaise, dimana temen-temen bisa buat sendiri dengan bahan-bahan yang bisa dibeli di Indomart. 

That’s all, nothing special
Kita berdua cukup penasaran dengan pasta Alfredo yang dipesan Galih. Begitu si Alfredo datang dan kita icip, langsung muncul pertanyaan “kok sama kaya carbonara yang kita makan di Café sebelah?”. Alfredo di Aldente merupakan pasta dengan cheesy cream yang cukup thick dan kemudian ditaburi dengan keju parut, serta ada beberapa potong daging asap didalamnya. Ini benar-benar seperti carbonara yang pernah saya makan di Café lain. Kita bukan ahli pasta, kita makan opor aja klo cuma lebaran, jadi CMIW apakah memang begitulah pasta alfredo atau adakah yang salah dengan carbonara yang saya makan di Café sebelah?

Pasta Alfredo yang bikin dejavu
Mas dono, silahkan review minuman anda, saya belum menemukan ungkapan-ungkapan yang tepat untuk minuman anda selain ‘merah’.



Halo, saya mas dono. Seperti mas kasino,saya juga gak bisa nemuin kata yang cocok untuk minuman yang dipesan saya selain “merah”.

Saya bukan penggemar makanan manis, jadi saya pesan easter sensatio dengan harapan dapet minuman yang manis namun ada sem asemnya. Sebenarnya si bisa, nongkrong di fakultas kedokteran trus liatin mahasiswa kedokteran tu banyak yang seger kan.  
Anyway, menurut saya easter sensation ini gak ada sensationnya. Kalo bisa dibilang, gak seger. Cuma kerasa manis doang. Entah sirop strawberry merek apa gitu yang mereka pake. Manisnya bukan kaya manis di awal doang abis itu ditinggalin. Bukan itu. Tapi semacam manis kalo minum es sirop di dalem gelas ukuran sedeng yang siropnya kebanyakan dan airnya dikit. Kek gitu lah, bukan kemanisan tapi enek.
Di dalem es sirop saya ini dikasih lemon yang ga ngaruh apa-apa. Padahal, saya kira bakal ada acem acemnya dikit pake tambahan lemon.  Sama strawberry nangkring satu di atas gelas. Salam


In conclusion, apakah kita berdua mau kembali ke Aldente dan mencoba menu lain? Kalau saya, coba yang lain dulu deh, gak tau klo mas Anang (kok jadi mas Anang?). Karena insiden 45 menit makanan baru datang cukup mengoyak perut kelaparan kita. Tapi kalo lagi pengen pasta atau toast dengan harga cukup murah ya Aldente bisa dijadikan pilihan. Harga pasta di Aldente masih terjangkau dan rasanya cukup buat temen-temen yang bukan penggila pasta. Pilihan menu pun bervariasi dan tempatnya cukup cozy.
Yap, mungkin itu yang bisa kita bagikan tentang Aldente Café. Review ini adalah murni pendapat kita, tidak ada pengaruh atau campur tangan sponsor dari manapun, dan saya mereview dalam keadaan sadar (walaupun dalam keadaan galau dan sedih karena pacar saya sedang opname, maaf curhat..). Ok, see you guys in the next review. Bye! (TL)


No comments:

Post a Comment